Sabtu, 06 Oktober 2018

Review Diskusi Hari ke-9: Pubertas Pada Anak

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah sudah sampai hari ke-9, dan alhamdulillah ini artinya giliran kelompok 4 yang bertugas memandu diskusi yang tak lain adalah kelompok saya sendiri.


Link video berikut adalah pengantar materi diskusi dari kelompok 4: https://www.youtube.com/watch?v=cTfEG6vkz8k&feature=youtu.be

PUBERTAS PADA ANAK LAKI LAKI

Mari kita simak cerpen di bawah ini yang menjelaskan tentang mimpi basah:


“Ma, mimpi basah itu apa?”

Aku nyaris tersedak saat mendadak sulung sepuluh tahunku itu melemparkan tanya di sela aku menyiapkan sarapan. Untungnya, suara adik-adiknya yang riuh rendah menenggelamkan pertanyaan itu. Iapun bergabung dalam keriuhan pagi hari keluarga kecil kami. Akupun terselamatkan.

****

“Ma, mimpi basah itu apa?”

Aw.. pertanyaan itu lagi. Kupikir, sejak pertanyaan pertama beberapa hari lalu itu dia sudah melupakannya. Ternyata aku salah. Ia kembali menanyakannya dengan ekspresi penuh rasa ingin tahunya.

Aku tidak punya pilihan lain selain mencoba mempraktekkan materi kuliah Ihu Profesionalku sekarang. Ternyata seberat ini rasanya. Hufff...bismillah…

Pertama, aku mencoba tetap bersikap tenang dan melancarkan jurus pertama: The Power of Question. Kekuatan pertanyaan.

“Memang kenapa, Kak?”

“Itu lho, Ma. Di kuliahShuhuh tivi kok disebut-sebut.”

Fyuuu… tak sengaja aku menghembuskan nafas lega dan menjadi lebih rileks. Ternyata, ia tidak paham dengan istilah yang ia dengar. Aku memasang jurus kedua: memberikan penjelasan ilmiah yang benar.

Aku bersyukur bahwa komunikasi kami selama ini terjalin dengan baik dan hangat. Komunikasi itu sangat membantuku mendampingi tumbuh kembang anak-anakku. Khusus soal mimpi basah ini, mau tak mau suamiku turut memutar otak untuk menjawab dengan pendekatan “lelaki”.

Alhamdulillah, tahap ini dapat kami lewati dengan baik untuk si Sulung. Apakah sudah selesai? Tentu tidak. Masih ada dua adiknya yang juga laki-laki untuk sampai ke tahap ini pada saatnya nanti. Hahaha. Mari kita nantikan!

******

Mendengarkan sharing seorang ibu tentang anaknya yang menjelang usia baligh itu mengingatkan saya kepada salah satu tulisan seorang psikolog dan pemerhati dunia anak, Ibu Elly Risman. Tulisan penuh rasa prihatin itu semoga membuat para orang tua lebih bijak dalam memandang keseharian putra-putrinya. Khususnya saya sendiri. Inilah tulisannya:

Dear Parents…

Tahukah anda, bahwa anak laki-laki yang belum baligh dijadikan sasaran tembak bisnis pornografi internasional? Mengapa demikian?

Karena anak laki-laki cenderung menggunakan otak kiri dan alat kemaluannya berada di luar. Di berbagai media (komik, games, PS, internet, VCD, HP), mereka menampilkan gambar-gambar yang mengandung materi pornografi, melalui tampilan yang dekat dan akrab dengan dunia anak-anak.

Dengan berbagai rangsangan yang cukup banyak dari media-media tersebut, dan asupan gizi yang diterima anak-anak dari makanannya, hormon testoterone di dalam tubuh bergerak 20 kali lebih cepat. Sehingga testis mulai memproduksi sperma dan kantung sperma menjadi penuh. Karena itu, anak laki-laki kita dengan mudahnya mengeluarkan mani lebih cepat dari yang lainnya dan kadang-kadang, dengan banyaknya ‘rangsangan’ dari berbagai media tersebut, mereka tidak perlu dengan bermimpi!

Dear Parents…

Menyiapkan anak kita memasuki masa baligh adalah tantangan besar bagi kita sebagai orang tua. Kelihatannya sepele, namun sangat penting bagi mereka untuk mengetahui seputar masa baligh agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang memiliki seksualitas yang sehat, lurus, dan benar.

Memang banyak kendala yang kita hadapi: tabu & saru, bagaimana harus memulainya, kapan waktu yang tepat untuk memulai, sejauh mana yang harus kita bicarakan, dan lain-lain. Memang tidak mudah untuk mendobrak kendala-kendala tersebut, namun jika kita tidak melakukannya sejak dini, bisa jadi mereka mendapatkan informasi-informasi yang salah dari sumber yang tidak jelas. Jadi, salah satu kewajiban orang tua adalah menyiapkan putra-putrinya memasuki masa puber/baligh.

Biasanya anak perempuan yang lebih sering dipersiapkan untuk memasuki masa menstruasi. Jarang, para ayah yang menyiapkan anak laki-lakinya menghadapi mimpi basah. Ini adalah tanggung jawab Ayah untuk membicarakannya kepada mereka.

Mengapa harus ayah?

Karena anak laki-laki yang berusia di atas 7 tahun, membutuhkan waktu yang lebih banyak dengan ayahnya, daripada dengan ibunya. Dan jika bicara seputar mimpi basah, ibu tentu tidak terlalu menguasai hal-hal seputar mimpi basah dan tidak pernah mengalaminya bukan? Namun, bila karena suatu hal,ayah tak sempat dan tidak punya waktu untuk itu, ibu lah yang harus mengambil tanggung jawab ini.

Tips menyiapkan anak laki-laki menghadapi mimpi basah untuk pertama kali, kita akan membicarakan tentang apa itu mimpi basah, dan bedanya mani dengan madzi, dan apa yang harus dilakukan jika keluar cairan tersebut. Agar anak bisa membedakan antara mani dan madzi, persiapkan terlebih dahulu alat-alatnya:

Untuk mani: aduk kanji/tepung sagu dengan air, jangan terlalu encer hingga masih ada butir-butir kecilnya. Beri sedikit bubuk kunyit hingga menjadi agak kuning, taruh di wadah/botol.
Untuk madzi: beli lem khusus seperti lem UHU.
Berikutnya siapkan waktu khusus dengan anak untuk membicarakannya.

Apa saja yang harus disampaikan:
Pertama, sampaikan kepada mereka bahwa saat ini mereka telah tumbuh berkembang menjadi remaja, dengan adanya perubahan-perubahan pada fisik mereka. Dan sebentar lagi mereka akan memasuki masa puber/baligh.
      2.  Di awal mungkin mereka akan merasa jengah dan malu. Namun yakinkan kepada mereka bahwa membicarakan masalah tersebut merupakan tanggung jawab kita sebagai orang tua, yang nanti akan ditanyakan oleh Allah di akhirat.
      3.  Ketika berbicara dengan anak laki-laki yang belum baligh, gunakan the power of touch. Sentuh bahu atau kepala mereka. Hal ini dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad yang sering mengusap bahu atau kepala anak laki-laki yang belum baligh. Hal ini dapat menumbuhkan keakraban antara ayah dan anak. Jika sudah baligh, mereka tidak akan mau kita sentuh. Gunakan juga jangkar emosi (panggilan khusus yang bisa mendekatkan hubungan kita dengan anak), misalnya: nak, buah hati papa, jagoan ayah, dll.
     4.  Sampaikan kepada anak kita: tentang mimpi basah & mani
Beritahukan kewajiban yang harus dilakukan setelah mengalami mimpi basah. Dalam Islam, orang yang mimpi basah diwajibkan untuk mandi besar/mandi junub.


Jika ia melihat hal-hal/gambar-gambar yang tidak pantas dilihat oleh anak, maka bisa jadi, ia akan mengeluarkan cairan yang disebut madzi (kita beritahukan contoh cairannya yaitu lem UHU).

Cara membersihkannya cukup dengan : mencuci kemaluan, mencuci tangan lalu berwudhu. Ingatkan kepadanya, jika ia tidak melakukannya, ia tidak bisa sholat dan tidak bisa membaca Al Quran.

Setelah kita terangkan, minta kepadanya untuk mengulangi apa yang telah kita sampaikan. Hal penting yang harus kita ingat sebelum membicarakan masalah ini kepada anak adalah kita berlatih dulu bagaimana cara menyampaikannya.
Mengapa?
Agar komunikasi yang akan kita lakukan tidak tegang dan berjalan dengan hangat. Agar anak merasa nyaman dan ia dapat menerima pesan yang kita sampaikan dengan baik. Selamat mencoba!

Elly Risman

PUBERTAS PADA ANAK PEREMPUAN

Pubertas PADA anak perempuan ditandai dengan dimulainya haid pertama. Untuk itu perlu bagi orang tua untuk mempersiapkan anak perempuan agar siap dengan haid pertama nya. Dari hasil sharing dengan peserta diskusi ternyata banyak dari mereka yang ternyata belum mengerti apa apa tentang haid sehingga menjadi bingung saat tamu ini datang.


Kapan biasanya haid pertama terjadi?



Penting juga untuk menjelaskan ke anak anak kita kenapa haid hanya terjadi pada perempuan



Apa tanda tanda akan datangnya menstruasi pertama?


Perlu disiapkan untuk haid pertama:


Berikut adalah tips cara menjelaskan pada anak:


#day9
#kuliahbundasayang
#fitrahseksualitas
#gamelevel11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar