Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Setelah mengikuti kuliah Matrikulasi Batch#4 Institut Ibu Profesional (MIIP#4) saya mempunyai sebuah mimpi untuk mewujudkan lingkungan ramah anak dan menumbuhkan minat baca ke anak-anak di lingkungan tempat tinggal kami. Saat ini kami tinggal di sebuah Desa kecil di daerah Gubug Kabupaten Grobogan. Saya sering mengamati kegiatan anak-anak di sekitar kami, kebanyakan dari mereka memiliki jam bermain tanpa batas dan uang saku yang menurut saya berlebih. Namun saat saya tanyakan apakah di rumah mereka punya buku bacaan? hampir semuanya menjawab tidak punya, mereka hanya membeli buku pelajaran di sekolah. Maka muncul sebuah ide untuk membuka taman baca mini di rumah setiap hari libur meski dengan buku seadanya.
Namun, tantangan malah muncul dari Saarah putri keduaku. Sebelumnya Saarah termasuk anak yang suka buku, sering minta dibacakan buku. Namun beberapa hari yang lalu saat saya tanyakan mau dibacakan buku yang mana? Dia selalu menjawab: "Aku tidak suka buku" Saya sempat kaget dan bertanya kembali:"Bukankah Saarah dulu suka buku?", dan jawabnya:"Iya dulu, tapi sekarang tidak suka".Saya tidak mengejarnya dan membiarkannya beraktifitas terserah dia, lalu saya beralih ke Husna adiknya dan menawarkan membacakan buku untuknya, dan Husna pun mengiyakannya.
Di hari-hari berikutnya, setiap hari aku berusaha membacakan buku untuk mereka, dan seringnya aku membacakan untuk semua anak termasuk teman-temannya yang sedang bermain di rumah, saat membaca aku berusaha seekspresif mungkin, dan mengeraakkan anggota tubuh menirukan isi bacaan. Alhamdulillah ternyata mereka semua malaah seperti ketagihan membaca, habis satu bacaan langsung minta lanjut yang lainnya, termasuk juga Saarah mulai antusias lagi.
Beberapa hari aku memikirkan kata-kata Saarah tentang pernyataannya tidak suka buku. Aku terus mengira-ngira apa yang menyebabkan dia berkata seperti itu, akhirnya aku sampai pada sebuah kesimpulan bahwa semua ini berawal dari kata-kataku sendiri. Beberapa hari sebelumnya sepulangnya kami dari pameran buku aku sempat membicarakan ini dengan anak-anak. Aku menyarankan mungkin terkesan sedikit memaksa agar anak-anak menyisihkan sebagian uang sakunya untuk ditabung dan setelah terkumpul digunakan untuk membeli buku. Dan beberapa kali saat dia meminta uang untuk beli jajan, aku sering tidak memberikannya dengan berbagai alasan. Sepertinya dia belum siap dengan semua ini, gara-gara buku uang jajannya jadi berkurang. Sepertinya ini alasan utamanya.
Namun aku tidak ingin membahas ini secara langsung, karena malah kwatir akan mengingatkannya. Setiap hari aku selalu berusaha mengurangi frekuensi jajan anak-anak bukan hanya pada Saarah, tapi juga pada kakak dan adiknya dengan menjelaskan bahwa jajan utu bukanlah kebutuhan tapi keinginan dan tidak setiap keinginan harus dipenuhi. Ada banyak hal yang lebih baik dan lebih bermanfaat jika kita mengurangi uang jajan dan menyisihkannya untuk yang lain. Berusaha mendekatkan anak-anak pada buku. Setiap saat, setiap ada kesempatan saya bacakan buku untuk mereka meski cuma 1 halaman saja.
Usahaku membuahkan hasil, aku berhasil menghilangkan kebiasaan beli jajan di pagi hari saat mengantar kakaknya ke sekolah. Hari pertama mereka cemberut, hari kedua sudah masih harus dijelaskan kalau pagi kita tidak beli jajan, hari ketiga dan seterusnya sudah tidak ada yang bertanya. Dan pagi ini aku mendapat kejutan yang menyenangkan, saat keluar dari dapur sehabis masak aku melihat Saarah sedang membolak-balik buku, memperhatikan gambar-gambarnya. Aku dekati dia, aku tanyakan sedang apa, dan jawabannya sungguh luar biasa:"Aku suka buku umi, dan buku-buku ku boleh kok dipinjamkan ke teman-teman kalau umi mau buka perpustakaan". Alhamdulillah.
Setelah mengantar kakaknya ke sekolah aku memberikan uang lima ribu rupiah untuk dimasukkan ke "celengannya", dia heran kenapa banyak sekali, lalu saya jelaskan itu adalah sisa uang sakunya selama 2 hari karena berhasil mengurangi jajan. Wajahnya tampak senang sekali dengan semangat dia memasukkan uangnya ke celengan dan berucap nanti kalau sudah penuh kita beli buku lagi di pameran buku ya umi. Alhamdulillah
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
#hari5
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundsayiip
Beberapa hari aku memikirkan kata-kata Saarah tentang pernyataannya tidak suka buku. Aku terus mengira-ngira apa yang menyebabkan dia berkata seperti itu, akhirnya aku sampai pada sebuah kesimpulan bahwa semua ini berawal dari kata-kataku sendiri. Beberapa hari sebelumnya sepulangnya kami dari pameran buku aku sempat membicarakan ini dengan anak-anak. Aku menyarankan mungkin terkesan sedikit memaksa agar anak-anak menyisihkan sebagian uang sakunya untuk ditabung dan setelah terkumpul digunakan untuk membeli buku. Dan beberapa kali saat dia meminta uang untuk beli jajan, aku sering tidak memberikannya dengan berbagai alasan. Sepertinya dia belum siap dengan semua ini, gara-gara buku uang jajannya jadi berkurang. Sepertinya ini alasan utamanya.
Namun aku tidak ingin membahas ini secara langsung, karena malah kwatir akan mengingatkannya. Setiap hari aku selalu berusaha mengurangi frekuensi jajan anak-anak bukan hanya pada Saarah, tapi juga pada kakak dan adiknya dengan menjelaskan bahwa jajan utu bukanlah kebutuhan tapi keinginan dan tidak setiap keinginan harus dipenuhi. Ada banyak hal yang lebih baik dan lebih bermanfaat jika kita mengurangi uang jajan dan menyisihkannya untuk yang lain. Berusaha mendekatkan anak-anak pada buku. Setiap saat, setiap ada kesempatan saya bacakan buku untuk mereka meski cuma 1 halaman saja.
Usahaku membuahkan hasil, aku berhasil menghilangkan kebiasaan beli jajan di pagi hari saat mengantar kakaknya ke sekolah. Hari pertama mereka cemberut, hari kedua sudah masih harus dijelaskan kalau pagi kita tidak beli jajan, hari ketiga dan seterusnya sudah tidak ada yang bertanya. Dan pagi ini aku mendapat kejutan yang menyenangkan, saat keluar dari dapur sehabis masak aku melihat Saarah sedang membolak-balik buku, memperhatikan gambar-gambarnya. Aku dekati dia, aku tanyakan sedang apa, dan jawabannya sungguh luar biasa:"Aku suka buku umi, dan buku-buku ku boleh kok dipinjamkan ke teman-teman kalau umi mau buka perpustakaan". Alhamdulillah.
Setelah mengantar kakaknya ke sekolah aku memberikan uang lima ribu rupiah untuk dimasukkan ke "celengannya", dia heran kenapa banyak sekali, lalu saya jelaskan itu adalah sisa uang sakunya selama 2 hari karena berhasil mengurangi jajan. Wajahnya tampak senang sekali dengan semangat dia memasukkan uangnya ke celengan dan berucap nanti kalau sudah penuh kita beli buku lagi di pameran buku ya umi. Alhamdulillah
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
#hari5
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundsayiip
Tidak ada komentar:
Posting Komentar