Kamis, 30 November 2017

Game Bunda Sayang Level 2 (Day 1)

KEJUTAN DI  HARI PERTAMA


Bismillahirrahmanirrahim

Tanggal 30 Nopember 2017 adalah awal dimulainya tantangan 10 hari Game Bunda Sayang#3 Level 2 Melatih Kemandirian. Meski harusnya bisa memilih salah satu anak untuk memenuhi tantangan ini tapi saya memilih 2 anak saya dengan pertimbangan rentang usia yang dekat dan mereka memang kerap melakukan aktifitas bersama terlebih selama ini saya belum pernah konsisten melatihkan kemandirian kepada mereka, mungkin memang sangat terlambat ya Bunda tapi tak mengapalah daripada tidak sama sekali. Baiklah untuk tantangan kedua ini saya akan bermain dengan Saarah putri kedua saya saat ini berusia 6,3 tahun dan adiknya Husna usia 3,9 tahun.

Di pekan pertama ini Kemandirian yang akan saya latihkan adalah:
Saarah: mencuci sendiri peralatan makan dan minumnya
Husna: makan sendiri tanpa disuapi

Seperti biasa saya sudah berusaha memberikan sounding kepada keduanya sejak menerima materi tentang Melatih Kemandirian ini, tepatnya sehari sebelum tantangan dimulai. Kurang lebih ini yang saya sampaikan kepada mereka:
Saarah: Kak Saarah kan sekarang umurnya sudah 6 berarti sudah besar dong, bagaimana kalo mulai sekarang Kakak belajar mencuci alat makan sendiri? 
Husna: Husna sayang kan sudah besar ya? Sudah bisa makan sendiri, kalo bayi kan makannya disuapin tapi kalo sudah besar ya makan sendiri
Dan ternyata tanggapan mereka luar biasa tidak hanya mengiyakan, Kak Saarah malah juga menambakan kalo mulai sekarang juga mau mandi sendiri (selama ini meski sudah bisa mandi sendiri tapi masih sering maunya dimandikan), dan adiknya juga tak mau kalah tidak hanya mau makan sendiri tapi piring bekas makannya pun mau di cuci sendiri dan hari itu langsung praktek, Alhamdulillah. Dan saya nya masih harap-harap cemas bisakah mempertahankan sampai esok hari atau malah mogok lagi?

Dan keesokan harinya saya malah dapat kejutan luar biasa, saat sedang masak menyiapkan sarapan Kakak Saarah minta disiapkan air hangat untuk mandi (biasanya paling susah di suruh mandi pagi), dia mandi sendiri dengan pintu ditutup, bahkan semua persiapan ke sekolah dia lakukan sendiri. 
Tak mau kalah sang adik meminta untuk mencuci piring,meski hanya 2 buah piring tapi itu wow banget buat saya. acara makan pun berjalan dengan lancar tanpa ada drama.
Kejutan berikutnya ternyata datang dari si mbarep yang biasanya malas kalo dimintai tolong pekerjaan rumah ternyata tidak mau kalah dengan adik adiknya, semua cucian piring, gelas, sendok bersih semua, sampe sampe harus dipesenin sisain piringnya adik ya kak mau dicuci sendiri sepulang sekolah. Hari ini sukses libur tidak kebagian cuci piring. Alhamdulillah



 




#harike1
#gamelevel2
#tantangan10 hari
#melatihkemandiriananak
#kuliahbundsayiip


Selasa, 14 November 2017

Game Bunda Sayang Level 1 (Day10)

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

PERGI KE PASAR


Salah satu kegiatan mengasyikkan yang aku lakukan bersama putriku adalah pergi ke pasar.
Hari Senin kemarin sepulang sekolah aku mengajak kedua putriku belanja ke pasar. Kemanapun aku bepergian bersama putriku aku selalu berusaha membaeritahu dulu kemana dan untuk apa kami kesana. Seperti juga saat itu aku memberitahu mereka bahwa sepulang sekolah nanti Umi ingin pergi ke pasar untuk membeli ikan,lauk dan sayur mayur dan tak lupa aku menanyakan kesediaan mereka untuk menemaniku.



Sesampainya di pasar aku langsung menuju penjual ikan langgananku namun sayang ternyata hari itu penjualnya libur lalu aku melanjutkan ke penjual ayam ternyata baru saja ayam dagangannya habis terjual. Akhirnya disitu kami membeli telur, kulit martabak dan unclang. Setelah itu aku menanyakan kepada kedua putriku apakah mereka bersedia menemaniku masuk ke dalam pasar untuk mencari pedagang ikan yang lainnya, dan ternyata mereka setuju. Akhirnya kamipun menyusuri jalan -jalan di pasar untuk belanja ikan. Karena sudah terlalu siang akhirnya belanja sayurnya dibatalkan nanti sayurnya belanja di warung tetangga aja.

Yang menjadi catatanku untuk kegiatan kami saat itu antara lain:

  • Dengan memberikan penjelasan sebelumnya kemana dan apa tujuan kita ke suatu tempat menjadikan mereka mempunyai gambaran tentang apa yang akan kita lakukan, sehingga mereka bersemangat melakukannya.
  • Mereka tahu apa tujuan kita kesana, sehingga manakala berbelok tidak sesuai tujuan lebih mudah bagi kita meluruskannya. Contohnya: saat di pasar melihat berbagai mainan dan dia meminta untuk membeli maka dengan mudah kita akan menjelaskan tujuan kita kesini untuk apa? Berarti beli mainannya lain kali, bahkan bisa diarahkan dengan menabung dulu.
  • Dengan meminta kesediaan mereka bukan memaksa mereka membuat mereka lebih enjoy dan  bisa menikmatinya.
  • Sekalian mengajarkan anak cara jual beli, kita boleh menawar tapi dengan santun dan tidak memaksa.
  • Hanya barang yang telah dibeli yang boleh dibawa pulang.
  • Tidak lupa mengucapkan terima kasih selesai melakukan transaksi.
Saya sudah beberapa waktu ini selalu mengupayakan hal itu, dan hasilnya anak-anak menjadi lebih mudah di beri pengertian dan tidak pernah sampai nangis-nangis atau istilahnya tantrum karena meminta sesuatu saat berada di tempat umum. 

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

#hari10
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundsayiip

Senin, 13 November 2017

Game Bunda Sayang Level 1 (Day 9)

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Di tantangan hari ke-9 ini saya mencoba untuk melatih kemandirian Kak Aila yaitu Belajar Mencuci Baju Sendiri.

Beberapa hari yang lalu tiba-tiba Kak Aila punya niatan untuk mencuci bajunya sendiri saat hari libur, saya pun menyambutnya dengan gembira. Tahap pertama karena sedang belajar kami sepakat yang akan dia juga hanya baju-baju sehari-hari di rumah saja, untuk baju sekolah masih saya yang mencuci karena takut kalau kurang bersih katanya, sedang untuk pakaian dalamnya takut kalau kehabisan jika dicuci seminggu sekali.

Setiap hari Kak Aila memisahkan baju-baju yang akan di cucinya dalam ember tersendiri, sebenarnya saya khawtir apakah saat hari Minggu tiba dia akan benar-benar mencucinya atau tidak karena dulu kejadian ini juga pernah terjadi dan ketika hari Minggu tiba dia menolak mencuci bajunya sendiri karena asyik main dengan teman-temannya.

Hari Minggu yang saya tunggu pun tiba, pagi hari teman-teman nya sudah datang untuk bermain, oh ya hari ini ada kegiatan membaca buku bersama, mulai jam delapan pagi. Sampai jam 10 an Kakak belum mau mencuci bajunya, saya berusaha mengingatkannya dengan sabar, hingga akhirnya sekitar jam 11an dia mau memulainya.

Pertama-tama saya ajarkan bagaimana cara merendam baju dalam deterjen yang telah dicairkan lalu mendiamkannya selama lebih kurang 30 menit, setelah itu belajar mengucek baju nah disini dia agak kesulitan, tapi tak apa-apa selama dia mau berusaha. Lanjut dengan membilas dan menambahkan pewangi. Alhamdulillah selseai juga belajar mencucinya bahkan untuk menjemur pun dia lakukan sendiri tanpa minta bantuan dari saya, salaut buat kakak.



Menurut saya ketrampilan melakukan pekerjaan rumah tangga sangat perlu dilatihkan ke anak-anak, karena dari sini mereka belajar bertanggung jawab atas dirinya sendiri juga melatihkan kemandirian.

Sampai jumpa di tantangan hari ke-10

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

#hari9
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundsayiip

Sabtu, 11 November 2017

Game Bunda Sayang Level 1 (Day 8)

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Hujan deras disertai angin kencang kemarin meninggalakan kenangan yang tak terlupakan, bagaimana tidak? Rumah saya yang tergolong "Rumah Mewah" maksudnya "Mepet Sawah" tak kuasa menahan kencangnya angin dan menyebabkan beberapa baris genteng rumah melorot dan meluncur tak terkendali. Beruntung angin kencang hanya sebentar, setelah hujan benar-benar turun, angin pun menghilang.

Maka hari ini kegiatan kami (saya dan suami) adalah bekerja sama memperbaiki genteng yang rusak.
Genteng yang semula hanya ditata saja, sekarang kami tambah dengan menambah tali dari kawat kecil. Maka pekerjaan ini menjadi agak lama karena kami harus membuat lubang pada genteng untuk tempat mengaitkan tali, baru kemudian memasang genteng dan menalinya dengan usuk (kayu tempat menata genteng).

Pagi hari saat saya mengurus anak-anak sekolah, suami telah menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan kemudian memulai proses melubangi genteng menggunakan bor. Siang hari setelah cuaca sudah tidak terlalu panas barulah genteng-genteng itu di pasang. Suami yang bertugas di atas dan saya yang bertugas di bawah sebagai penyuplai genteng dan peralatan yang diperlukan. Karena genteng yang sudah dilubangi kurang, maka tugas mengebor genteng beralih ke saya. Ini adalah pengalaman pertama saya menggunakan alat bor, awalnya takut  tapi lama kelamaan terbiasa juga, namun sebelum selesai saya malah mematahkan mata bornya. Maafkan, pekerjaan jadi terhambat.

Belum ada separo genteng yang terpasang, namun alam sudah kembali tak bersahabat, angin kencang telah datang lagi, akhirnya kami mempercepat pekerjaan dan memasang genteng yang terbuka di bagian dalam rumah saja karena kwatir jika hujan kembali datang maka kebocoran tak terhindar lagi.



Sementara kami bekerja memperbaiki genteng, sangat bersyukur anak-anak bermain dengan rukun di teras rumah, bahkan sesekali kami meminta tolong mereka untuk mengambilkan sesuatu. Bagiku ini adalah kerja satu tim, seluruh anggota keluarga membantu dalam prosesnya. Alhamdulillah

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

#hari8
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasi produktif
#kuliahbundsayIIP

Jumat, 10 November 2017

Game Bunda Sayang Level 1 (Day 7)

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Pagi hari sebelum Saarah berangkat sekolah, aku menyampaikan kepada Saarah dan Husna bahwa sepulang sekolah nanti kami akan berkunjung ke salah satu temanku. Tak lupa aku pun menanyakan tetang kesediaan mereka menemaniku. Momen ini sengaja aku lakukan untuk mengajari mereka belajar adab bertamu. 

Aku menyampaikan beberapa hal tentang yang sebaiknya dilakukan saat kita berkunjung ke rumah orang lain. Pertama kita harus mengucapkan salam dan tidak masuk rumah sebelum pemilik rumah mempersillahkan masuk. Bersalaman dengan pemilik rumah, dan duduk dengan sopan, serta harus selalu menjaga sopan santun. Dan satu hal lagi yang saya tekankan jika ingin bermain atau meminjam mainan pemilik rumah harus minta ijin dulu dan tidak boleh memaksa bila tidak diijinkan. Mereka mengiyakan sambil tersenyum.

Sepulang sekolah, kami pun berkendara menuju rumah temanku kebetulan rumahnya berada di jalur yang kami lalui saat berangkat pulang ke sekolah. Kami mempraktekkan saatu persatu apa apa yang telah kami pelajari sebelumnya. Alhamdulillah mereka sepertinya mengerti dengan penjelasanku dan mepraktekkaannya dengan baik. Bahkan mereka berdua nampak asyik bermain saat kami mengobrol dan mulai akrab dengan pemilik rumah. Alhamdulillah


Mengajarkan Adab Beetamu pada anak:
  1. Jelaskan Kepada Anak Makna Silaturahim
  2. Ceritakan Kepada Anak Siapa yang Hendak Dikunjungi
  3. Buat Kesepakatan Apa yang Harus dan Jangan Dilakukan saat Bertamu
  4. Gunakan 4 Kata Dasar Sopan Santun (Permisi, Maaf, Tolong dan Terima Kasih)
  5. Ajak Anak Silaturahmi ke Rumah Temannya
Diambil dari www.ummi-online.com


Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


#day7
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundsayiip

Game Bunda Sayang Level 1 (Day 6)

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Hari ini aku mau cerita tentang Dik Husna lagi. Pagi-pagi sudah rajin minta mandi pagi, belajar pakai baju sendiri, sarapan, masukin buku-buku di tas. katanya hari ini Dik Husna mau ikut Kak Saarah sekolah. Memang sih sejak kakaknya Saarah masuk TK setahun yang lalu Dik Husna lumayan sering ikut kakaknya masuk sekolah, macam kaya anak TK juga lah. Semangat 45 lah pokok e.

Beberapa saat sebelum berangkat saya berpesan padanya yang intinya boleh ikut kakak sekolah asal masuknya sama kakak dan umi nunggu di luar tidak ikut masuk, dan dia pun mengiyakan. 



Sesampai di sekolah dan turun dari motor, bukannya cepat-cepat masuk karena sudah terlambat eh malah narik-narik tanganku. Akupun mengantarkannya masuk ke kelas dan salaman dengan Ibu Gurunya dan menyampaikan kalau Dik Husna hari ini ingin ikut belajar. Ibu Guru pun menyambut dengan senyum mengembang, namun yang terjadi berikutnya justru diluar rencana, Dik Husna malah makin nglendot aku dan minta gendong, waktu aku tanya katanya mau sekolah, dia pun menjawab tidak jadi. Ya sudahlah mungkin anak seusianya memang belum konsisten dengan keinginannya. Saat ini usianya 3 tahun 9 bulan.

Akhirnya Dik Husna memutuskan belajar di luar bersama saya, dan saya menghargai keputusannya. Saya membuka tasnya dan menanyakan hari ini mau belajar apa sambil mengeluarkan beberapa buku. Setelah memilih sebuah buku maka asyiklah aku dan Dik Husna belajar berdua di teras. Membaca buku, belajar menghubungkan garis, menyanyi, dan sesekali bercanda ria. Beberapa saat kemudian dia sudah mulai bosan dan capek sepertinya, lalu saya tawarkan untuk berjalan-jalan di sekitar sekolah dan diapun setuju. 

Saat ini aku lebih memilih mengikuti keinginan anak daripada memaksakan anak mengikuti kemauanku. Ternyata dengan begitu justru anak-anak lebih mudah untuk mengerti orang lain.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


#hari6
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasi produktif
#kuliahbundsayiip

Rabu, 08 November 2017

Game Bunda Sayang Level 1 (Day 5)

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Setelah mengikuti kuliah Matrikulasi Batch#4 Institut Ibu Profesional (MIIP#4) saya mempunyai sebuah mimpi untuk mewujudkan lingkungan ramah anak dan menumbuhkan minat baca ke anak-anak di lingkungan tempat tinggal kami. Saat ini kami tinggal di sebuah Desa kecil di daerah Gubug Kabupaten Grobogan. Saya sering mengamati kegiatan anak-anak di sekitar kami, kebanyakan dari mereka memiliki jam bermain tanpa batas dan uang saku yang menurut saya berlebih. Namun saat saya tanyakan apakah di rumah mereka punya buku bacaan? hampir semuanya menjawab tidak punya, mereka hanya membeli buku pelajaran di sekolah. Maka muncul sebuah ide untuk membuka taman baca mini di rumah setiap hari libur meski dengan buku seadanya.

Namun, tantangan malah muncul dari Saarah putri keduaku. Sebelumnya Saarah termasuk anak yang suka buku, sering minta dibacakan buku. Namun beberapa hari yang lalu saat saya tanyakan mau dibacakan buku yang mana? Dia selalu menjawab: "Aku tidak suka buku" Saya sempat kaget dan bertanya kembali:"Bukankah Saarah dulu suka buku?", dan jawabnya:"Iya dulu, tapi sekarang tidak suka".Saya tidak mengejarnya dan membiarkannya beraktifitas terserah dia, lalu saya beralih ke Husna adiknya dan menawarkan membacakan buku untuknya, dan Husna pun mengiyakannya.


Di hari-hari berikutnya, setiap hari aku berusaha membacakan buku untuk mereka, dan seringnya aku membacakan untuk semua anak termasuk teman-temannya yang sedang bermain di rumah, saat membaca aku berusaha seekspresif mungkin, dan mengeraakkan anggota tubuh menirukan isi bacaan. Alhamdulillah ternyata mereka semua malaah seperti ketagihan membaca, habis satu bacaan langsung minta lanjut yang lainnya, termasuk juga Saarah mulai antusias lagi.

Beberapa hari aku memikirkan kata-kata Saarah tentang pernyataannya tidak suka buku. Aku terus mengira-ngira apa yang menyebabkan dia berkata seperti itu, akhirnya aku sampai pada sebuah kesimpulan bahwa semua ini berawal dari kata-kataku sendiri. Beberapa hari sebelumnya sepulangnya kami dari pameran buku aku sempat membicarakan ini dengan anak-anak. Aku menyarankan mungkin terkesan sedikit memaksa agar anak-anak menyisihkan sebagian uang sakunya untuk ditabung dan setelah terkumpul digunakan untuk membeli buku. Dan beberapa kali saat dia meminta uang untuk beli jajan, aku sering tidak memberikannya dengan berbagai alasan. Sepertinya dia belum siap dengan semua ini, gara-gara buku uang jajannya jadi berkurang. Sepertinya ini alasan utamanya.

Namun aku tidak ingin membahas ini secara langsung, karena malah kwatir akan mengingatkannya. Setiap hari aku selalu berusaha mengurangi frekuensi jajan anak-anak bukan hanya pada Saarah, tapi juga pada kakak dan adiknya dengan menjelaskan bahwa jajan utu bukanlah kebutuhan tapi keinginan dan tidak setiap keinginan harus dipenuhi. Ada banyak hal yang lebih baik dan lebih bermanfaat jika kita mengurangi uang jajan dan menyisihkannya untuk yang lain. Berusaha mendekatkan anak-anak pada buku. Setiap saat, setiap ada kesempatan saya bacakan buku untuk mereka meski cuma 1 halaman saja.

Usahaku membuahkan hasil, aku berhasil menghilangkan kebiasaan beli jajan di pagi hari saat mengantar kakaknya ke sekolah. Hari pertama mereka cemberut, hari kedua sudah masih harus dijelaskan kalau pagi kita tidak beli jajan, hari ketiga dan seterusnya sudah tidak ada yang bertanya. Dan pagi ini aku mendapat kejutan yang menyenangkan, saat keluar dari dapur sehabis masak aku melihat Saarah sedang membolak-balik buku, memperhatikan gambar-gambarnya. Aku dekati dia, aku tanyakan sedang apa, dan jawabannya sungguh luar biasa:"Aku suka buku umi, dan buku-buku ku boleh kok dipinjamkan ke teman-teman kalau umi mau buka perpustakaan". Alhamdulillah.




Setelah mengantar kakaknya ke sekolah aku memberikan uang lima ribu rupiah untuk dimasukkan ke "celengannya", dia heran kenapa banyak sekali, lalu saya jelaskan itu adalah sisa uang sakunya selama 2 hari karena berhasil mengurangi jajan. Wajahnya tampak senang sekali dengan semangat dia memasukkan uangnya ke celengan dan berucap nanti kalau sudah penuh kita beli buku lagi di pameran buku ya umi. Alhamdulillah


Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

#hari5
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundsayiip


Selasa, 07 November 2017

Game Bunda Sayang Level 1 (Day 4)

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Syukur Alhamdulillah puji syukur terpanjat untukmu Ya Rabb ku, akhirnya sampai juga di tantangan hari ke-4. Di hari ke-4 ini aku akan melakukan tantangan dengan 2 putriku yaitu putri ke-2 ku yang biasa kupanggil Saarah dan Husna putri ketigaku.

Kejadian pertama adalah kejadian tidak terencana, makssudnya memang tidak aku rencanakan untuk memenuhi tantangan hari ke-4 Tantangan 10 hari di Game Bunda Sayang Level 1 ini.
Begini kejadiannya: pagi hari seperti biasa aku sedang menyiapkan sarapan untuk keluargaku, Saarah putri ke-2 ku agak terlambat bangun pagi, begitu keluar dari kamar dia melihat adiknya sedang memegang sepatu barunya. Lalu dia bertanya: "Sepatunya sudah datang ya Umi? Mana Punyaku?"
Aku: "Iya, itu disana (sambil menunjuk kardus satunya). Lalu Saarah mengambil kardus sepatu dan ingin membukanya tapi aku ingat semalam sudah sempat ngecek sepatunya dan ternyata dari pihak penjual salah mengirimkan model sepatunya. 
Lalu saya memanggilnya dan menyuruhnya menghampiri aku di dapur dan agar dia membuka sepatunya di dapur saja. Saya berhenti dari aktifitas saya sejenak dan fokus dengannya. Lalu akau berkata: "Saarah sayang ada kesalahan dengan sepatumu, sepatu yang datang tidak sesuai dengan yang kamu pilih. Kalau kamu mau boleh kamu pakai tapi kalau tidak mau tidak apa apa nanti kita tukar dulu aja". Lalu dia membuka kardusnya dan nampak kekecewaan di wajahnya saat melihat isi kardusnya, dan berkata: "Kok yang ini sih? Aku kan gak suka yang gambar ini". Lalu saya mengatakan kalau tidak suka tidak apa-apa masih bisa ditukar kok, tapi harus sabar menunggu lagi.
Saarah melanjutkan aktifitasnya begitupun denganku.





Namun beberapa saat kemudian setelah saya selesai masak, tiba-tiba Dia mendekatiku sambil mengatakan kalau sepatunya tidak usah ditukar saja. Saarah mengatakan:"Sepatunya tidak usah di tukar, aku mau yang ini. Sepatu ini yang datang kesini berarti sepatu ini yang milikku, dan sepatu yang kemarin aku pilih biar menjadi milik anak  yang tertukar dengan ini". Lalu saya menegaskan apakah sudah yakin dengan pilihannya, besok besok tidak berubah pikiran lagi dan dia menjawab iya sudah yakin. Alhamdulillah di usia nya yang ke-6 Saarah sudah semakin dewasa dalam berpikir.

Pelajaran yang saya ambil dari kejadian ini adalah bahwa kita harus selalu siap menghadapi segala situasi, selalu menggunakan kepala dingin dan bicara dengan baik baik kepada anak, memberikan waktu untuk berpikir kepada anak dan menghormati apapun keputusan yang diambilnya.

Yang ke-2 adalah tentang Dik Husna putri ketigaku usia 3 tahun 9 bulan yang akhir-akhir ini sangat sulit kalau disuruh mandi pagi, nah hari ini targetku adalah berhasil mengajaknya mandi pagi.

Saya pun mulai membujuknya untuk mandi pagi bersama dengan Saarah kakak nya, saya dekati dia mencoba mengajaknya berkomunikasi tentang mandi, mandi itu biar apa sayang "BIAR BERSIH" "BIAR SEHAT" nah itu sudah tahu, tapi masih menggeleng, biar apa lagi "AGAR KUMAN TAK DATANG LAGI" sambil menirukan lagu di video favoritnya, tapi tetap jawabnya "MANDINYA SETELAH ANTAR KAKAK SEKOLAH" ya sudah menyerah saya, Setelah mengantar kakak sekolah beneran langsung mandi ya IYA.

Sepulang dari mengantar kakak sekolah ternyata kebetulan ayahnya baru mau berangkat kerja, nunggu sekalian berangkat aja sekalian pamitan dulu pikir saya. 
Dan setelahnya, Ayo Husna mandi dulu "EMOH" lho? tadi katanya mau mandi setelah ngantar kakak? "NGGAK JADI" hadeeh gagal lagi dong ini???

Aha...rubah strategi...
Siapa ya Anak Salihah yang suka bantuin umi? "AKU" bantuin umi masak? "AKU" bantuin umi nyapu? "AKU" bantuin umi nyuci baju? "AKU" Umi mau nyuci baju dulu ya...Ayuk Dik Husna bantuin umi nyuci baju, baju Dik Husna sekalian dicuci ya? "IYA TOLONG BUKAIN BAJUKU UMI". Yes! Berhasil akhirnya Mandi pagi dapat bonusnya cucian pun selesai. Alhamdulillah

Ternyata anakku yang satu ini memang masih sangat sulit untuk diajak mandi, dia akan lebih suka kalo diajak mandinya dialihkan dengan MAIN AIR, KECEK DULU, BANTUIN UMI NYUCI. memang benar ya dunia anak adalah DUNIA BERMAIN.

Sampai jumpa di tantangan hari ke-5

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

#hari4
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundsayiip







Senin, 06 November 2017

Game Bunda Sayang Level 1 (Day 3)

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yes, akhirnya sampai juga di hari ke-3 Tantangan 10 hari Game Bunda Sayang Level 1. Hari ini agenda kami adalah berkunjung ke Pameran Buku di Gedung Wanita Semarang. Kali ini praktek Komunikasi Produktif aku lakukan bersama dengan ke-3 putriku.

Sejak malam sebelumnya saya sudah mencoba memberikan gambaran ke anak-anak tentang seperti apa yang namanya Pameran Buku. Maklumlah ini adalah yang pertama kalinya aku mengajak mereka mengunjungi pameran buku. Bahwa disana akan banyak sekali buku yang dijual dan dipamerkan, akan bertemu dengan banyak orang, dan satu pesan saya kalian boleh memilih buku apa saja tapi harus dengan persetujuan umi untuk membelinya.

Sampailah kami di hari yang ditunggu tunggu. Kami ditemani oleh adik saya dan keponakan saya. Memasuki area Gedung Wanita aura keramaian mulai nampak terlihat. Di halaman gedung terlihat ana-anak yang sedang mengikuti lomba mewarnai. Kami pun langsung menuju ke dalam gedung untuk melihat-lihat buku yang dipamerkan. Wow ternyata banyak sekali buku yang dipamerkan, anak-anak sangat menikmatinya. Mereka dengan antusias memilih buku-buku yang memikat hatinya (meski 2 anakku belum bisa membaca, mereka menyukai buku dari gambar-gambarnya). 

Setelah selesai melakukan transaksi, anak-anak mulai terlihat lelah, adikku meminta ijin meninggalkan rombongan karena ingin mencari buku dulu karena sedari tadi membantu dan menemani kami mencari buku. Kami pun mencari tempat yang lebih nyaman untuk menunggu. Saat inilah tantangan melakukan komunikasi produktif yang sebenarnya dimulai. Seperti biasa anak sulungku, yang cenderung kalau pergi kemanapun akan segera bosan dan menampakkan muka kurang bersahabat saat apa yang dicarinya sudah ketemu. Aku meliriknya nampak wajah cemberutnya sudah mulai keluar, lalu terucaplah kata: Capek umi, ayo pulang. Saya mencoba menanggapinya dengan tenang: "Kalo capek kita istirahat dulu disini" (kebetulan kami menemukan stand yang kosong dan banyak kursi nganggur) sambil menawarkan air minum padanya. Wajahnya masih kelihatan kesal, lalu saya katakan: "Kakak sedari tadi kan tante sudah mengantar dan menemani kita, sekarang tante sedang mencari buku yang dia butuhkan, jadi sudah sewajarnya kan kalau kita menunggunya dulu". Lalu saya menawarkan beberapa buku yang tadi dibeli untuk dibaca sambil menunggu kedatangan tante. Alhamdulillah ternyata dengan membaca buku membuatnya menjadi rileks.




Pelajaran berharga yang saya ambil hari ini dalam berkomunikasi dengan anak adalah:
  • Selalu berusaha bicara dengan singkat dan simple (KISS)
  • Bicara yang diinginkan bukan yang tidak diinginkan
  • Kendalikan intonasi suara dan selalu berwajah ramah.

Sampai jumpa di tantangan hari berikutnya



Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

#hari3
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundsayiip


Game Bunda Sayang Level 1 (Day 2)

Assalamu'alaikum Warrohmatullahi Wabarrokatuh

Apa yang terjadi kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan, itulah yang terjadi padaku beberapa hari ini. Ingin hati memenuhi Tantangan 10 hari Game Bunda Sayang Level 1 dengan runtut tanpa jeda, tanpa rapel tapi kenyataannya karena berbagai hal tidak mampu aku penuhi. Ah...tak mengapa masih bisa mengejar 10 hari, Tetap Semangat!

Tantangan Day 2 aku lakukan di hari ke-3, Hari Sabtu tanggal 4 Nopember 2017. Hari itu aku dan ke-3 putriku merencanakan jalan-jalan ke Semarang mengunjungi pameran buku di Gedung Wanita Semarang dan transit plus silaturrahmi ke rumah Pak Dhe di Semarang. Awalnya perjalanan akan dilakukan dengan naik Bus, namun dengan berbagai pertimbangan akhirnya kami memutuskan untuk bermotor ria.

Ini adalah perjalanan panjang kami naik motor pertama tanpa didampingi suami, karena kebetulan suami sedang ada tugas di luar kota, oleh karenanya sebelum berangkat sejak pagi saya sudah menyiapkan nasehat untk anak-anak, terutama agar mereka tidak ngantuk saat di perjalanan.

Setelah sholat Ashar berangkatlah kami, perjalanan dari Gubug ke Semarang pun dimulai. Dan di tengah perjalanan hal yang tidak diinginkanpun terjadi, baru sampai Tegowanu ternyata hujan yang lumayan deras turun membasahi bumi. Beberapa kali kami sempat berhenti untuk berteduh, sempat terpikir di kepalaku untuk kembali ke rumah saja karena jarak yang masih panjang namun hujan belum juga mau reda. Namun keteguhan hati anak-anakku luar biasa, "Ayo Umi kita lanjutkan saja, hujan tidak apa-apa toh kita sudah sering hujan-hujanan saat di rumah, tidak apa-apa kan?" kata anak pertamaku ber opini. Aku berpikir sebentar, lalu beralih ke adik-adiknya dan semua mengangguk tanda setuju. Akhirnya saya berkata: "OK, mari kita lanjutkan perjalanan, kita anggap saja seperti kita sedang main hujan-hujanan di rumah, semua harus tetap sehat ya? dan jangan ada yang mengantuk, OK?". Akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan, dan Alhamdulillah meski tidak benar-benar berhenti tapi hujan sudah mulai mereda.

Menjelang Maghrib kami sampai di rumah Pak Dhe. Dan syukur Alhamdulillah meski diguyur hujan hampir di sepanjang perjalanan kami semua tetap sehat dan bahagia. Semangat meyambut aktifitas esok hari.

Wassalamu'alaikum Warrohmatullahi Wabarrokatuh

#hari2
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip


Kamis, 02 November 2017

Game Kelas Bunda Sayang level 1 (Day 1)

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah akhirnya samapi juga di kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional, kelas yang sudah lama saya tunggu-tunggu.

Tantangan bulan ini adalah:

KOMUNIKASI KELUARGAKU

A. Buatlah "family forum" sebagai sarana komunikasi keluarga anda.
B. Pilih salah satu keluarga anda untuk melakukan tantangan komunikasi produktif bersama selama minimal 10 hari.
C. Amati dan ceritakan dengan narasi pendek, disertai foto juga boleh.

Ceritakan:

  • Hal menarik apa saja yang Anda dapatkan dalam berkomunikasi dengannya hari ini.
  • Perubahan apa yang Anda buat hari ini dalam berkomunikasi?
D. Waktu tantangan dari tanggal 2-18 November 2017

Untuk Tantangan hari pertama ini, saya memilih putri pertama saya Aila, saat ini usianya 9 tahun 3 bulan. Meski saat ini Aila sudah duduk di kelas 4 MI, namun cara berkomunikasi dan tanggung jawab terhadap barang milik pribadi masih sangat minim, mungkin dikarenakan kurangnya saya melatihnya saat kecil.

Sebagai contoh, Aila sering mengalami kesulitan mencari barang-barang miliknya mulai dari buku pelajaran, alat tulis, mainannya, bahkan sampai sepatu dan kaos kaki. Namun bila diigatkan untuk lebih teratur dalam meletakkan atau menyimpan barang barang miliknya Dia cenderung cuek dan paling hanya dikerjakan 1 atau 2 kali dan akan kembali ke kebiasaan semula.

Langkah apa yang saya lakukan?

Sebenarnya saya sudah mencuri start satu hari sebelumnya, yaitu di tanggal 1 November 2017 kemarin. Hari itu setelah selesai Aila mandi pagi, saya dekati Dia, tersenyum dan berkata:
Saya: "Kakak Sayang, Umi punya sebuah permintaan untuk Kakak"
Aila: "Apa?"
Saya:"Hari ini sepulang sekolah, kaos kaki dimasukkan ke dalam sepatu, lalu sepatu ditaruh di rak sepatu"
Aila : "Itu tok lo ya? gak dengan yang lain-lain?
Saya: "Iya"
Aila:"Berarti yang lain-lain aku taruh sembarangan lo"

Dan sepulang sekolah saya ingatkan dengan nada yang ramah "Kakak masih ingatkan dengan pesan Umi tadi pagi?
Sambil menggoda Dia bilang tidak, tapi sambil senyum dan kemudian melakukan persis sesuai yang saya katakan. Alhamdulillah

Pagi ini, saya mengulang kejadian pagi sebelumnya, dengan cara yang hampir sama. dan Aila dengan enjoy mengatakan Iya dan ditambah dengan menyimpan tas sekolahnya pada tempatnya. Dan tanpa saya minta dia menyebutkan sendiri target-targetnya, setiap hari ditambah 1 barang yang akan ditertibkan. Kemarin sudah sepatu, hari ini sepatu dan tas, besoknya lagi Sepatu, tas, dan baju seragam, besoknya lagi tambah buku-bukunya, pokoknya satu hari tambah satu barang ya?
dan saya dengan mantap menjawab Iya. Dan dengan rasa syukur yang tiada terkira. Alhamdulillah.

Poin penting yang yang bisa saya petik pelajaran dalam berkomunikasi dengan anak:

  • Menggunakan kalimat yang sederhana
  • Berbicara dengan ramah dan pada saat yang tepat
  • targetnya jelas dan anak merasa bisa memenuhinya
  • Bahasa tubuh, jika dulu saya sering meminta sesuatu hanya dengan bicara dari jauh kadang disambi masak dll, maka saya usahan bicara langsung tepat di depannya, dengan ramah dan tersenyum
Ada hal luar biasa yang terjadi sebagai bonus dalam upaya mempraktekkan komunikasi produktif ini yaitu Kak Aila menularkan target targetnya kepada adik adiknya, jadi satu target 3 anak kena semua. Alhamdulillah.

Wassalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.


#hari1
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip






Komunikasi Produktif

Institut Ibu Profesional_

Materi Kelas Bunda Sayang Sesi #1


☘ *KOMUNIKASI PRODUKTIF* ☘


Selisih paham sering kali muncul bukan karena isi percakapan melainkan dari cara penyampaiannya. Maka di tahap awal ini penting bagi kita untuk belajar cara berkomunikasi yang produktif,  agar tidak mengganggu hal penting yang ingin kita sampaikan,  baik kepada diri sendiri,  kepada pasangan hidup kita dan anak-anak kita.



 *_KOMUNIKASI DENGAN DIRI SENDIRI_*


Tantangan terbesar dalam komunikasi adalah mengubah pola komunikasi diri kita sendiri. Karena mungkin selama ini kita tidak menyadarinya bahwa komunikasi diri kita termasuk ranah komunikasi yang tidak produktif.


Kita mulai dari pemilihan kata yang kita gunakan sehari-hari.


*_Kosakata kita adalah output dari struktur berpikir dan cara kita berpikir_*


Ketika kita selalu berpikir positif maka kata-kata yang keluar dari mulut kita juga kata-kata positif, demikian juga sebaliknya.


*_Kata-kata anda itu membawa energi, maka pilihlah kata-kata anda_*


Kata *Masalah* gantilah dengan *Tantangan*


Kata *Susah* gantilah dengan *Menarik*


Kata *Aku tidak tahu* gantilah *Ayo kita cari tahu*


Ketika kita berbicara “masalah” kedua ujung bibir kita turun, bahu tertunduk, maka kita akan merasa semakin berat dan tidak bisa melihat solusi.


Tapi jika kita mengubahnya dengan “TANTANGAN”, kedua ujung bibir kita tertarik, bahu tegap, maka nalar kita akan bekerja mencari solusi.



*_Pemilihan diksi (Kosa kata) adalah pencerminan diri kita yang sesungguhnya_*


Pemilihan kata akan memberikan efek yang berbeda terhadap kinerja otak. Maka kita perlu berhati-hati dalam memilih kata supaya hidup lebih berenergi dan lebih bermakna.


Jika diri kita masih sering berpikiran negatif, maka kemungkinan diksi (pilihan kata) kita juga kata-kata negatif, demikian juga sebaliknya.



👫 *_KOMUNIKASI DENGAN PASANGAN_* 👫


Ketika berkomunikasi dengan orang dewasa lain, maka awali dengan kesadaran bahwa “aku dan kamu” adalah 2 individu yang berbeda dan terima hal itu.


Pasangan kita dilahirkaan oleh ayah ibu yang berbeda dengan kita, tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang berbeda, belajar pada kelas yang berbeda, mengalami hal-hal yang berbeda dan banyak lagi hal lainnya.


Maka sangat boleh jadi pasangan kita memiliki *Frame of Reference (FoR)* dan *Frame of Experience (FoE)* yang berbeda dengan kita.


*_FoR_* adalah cara pandang, keyakinan, konsep dan tatanilai yang dianut seseorang. Bisa berasal dari pendidikan ortu, bukubacaan, pergaulan, indoktrinasi dll.


*_FoE_* adalah serangkaian kejadian yang dialami seseorang, yang dapat membangun emosi dan sikap mental seseorang.


FoE dan FoR mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu pesan/informasi yang datang kepadanya.


Jadi jika pasangan memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda atas sesuatu, ya tidak apa-apa, karena FoE dan FoR nya memang berbeda.



Komunikasi dilakukan untuk *MEMBAGIKAN* yang kutahu kepadamu, sudut pandangku agar kau mengerti, dan demikian pula SEBALIKnya.


*_Komunikasi yang baik akan membentuk FoE/FoR ku dan FoE/FoR mu ==> FoE/FoR KITA_*


Sehingga ketika datang informasi akan dipahami secara sama antara kita dan pasangan kita, ketika kita menyampaikan sesuatu, pasangan akan menerima pesan kita itu seperti yang kita inginkan.


Komunikasi menjadi bermasalah ketika menjadi *MEMAKSAKAN* pendapatku kepadamu, harus kau pakai sudut pandangku dan singkirkan sudut pandangmu.


Pada diri seseorang ada komponen NALAR dan EMOSI; *_bila Nalar panjang - Emosi kecil; bila Nalar pendek - Emosi tinggi_*


Komunikasi antara 2 orang dewasa berpijak pada Nalar.


Komunikasi yang sarat dengan aspek emosi terjadi pada anak-anak atau orang yang sudah tua.


Maka bila Anda dan pasangan masih masuk kategori Dewasa --sudah bukan anak-anak dan belum tua sekali-- maka selayaknya mengedepankan Nalar daripada emosi, dasarkan pada fakta/data dan untuk problem solving.



Bila Emosi anda dan pasangan sedang tinggi, jeda sejenak, redakan dulu ==> agar Nalar anda dan pasangan bisa berfungsi kembali dengan baik.


Ketika Emosi berada di puncak amarah (artinya Nalar berada di titik terendahnya) sesungguhnya TIDAK ADA komunikasi disana, tidak ada sesuatu yang dibagikan; yang ada hanya suara yang bersahut-sahutan, saling tindih berebut benar.



Ada beberapa kaidah yang dapat membantu meningkatkan efektivitas dan produktivitas komunikasi Anda dan pasangan:

1. *_Kaidah 2C: Clear and Clarify_*

Susunlah pesan yang ingin Anda sampaikan dengan kalimat yang jelas (clear) sehingga mudah dipahami pasangan. Gunakan bahasa yang baik dan nyaman bagi kedua belah pihak.


Berikan kesempatan kepada pasangan untuk bertanya, mengklarifikasi (clarify) bila ada hal-hal yang tidak dipahaminya.


2. *_Choose the Right Time_*

Pilihlah waktu dan suasana yang nyaman untuk menyampaikan pesan. Anda yang paling tahu tentang hal ini. Meski demikian tidak ada salahnya bertanya kepada pasangan waktu yang nyaman baginya berkomunikasi dengan anda, suasana yang diinginkannya, dll.


3. *_Kaidah 7-38-55_*

Albert Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal (kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi.


Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).


Anda tentu sudah paham mengenai hal ini. Bila pasangan anda mengatakan "Aku jujur. Sumpah berani mati!" namun matanya kesana-kemari tak berani menatap Anda, nada bicaranya mengambang maka pesan apa yang Anda tangkap? Kata-kata atau bahasa tubuh dan intonasi yang lebih Anda percayai?


Nah, demikian pula pasangan dalam menilai pesan yang Anda sampaikan, mereka akan menilai kesesuaian kata-kata, intonasi dan bahasa tubuh Anda.


4. *_Intensity of Eye Contact_*

Pepatah mengatakan _mata adalah jendela hati_


Pada saat berkomunikasi tataplah mata pasangan dengan lembut, itu akan memberikan kesan bahwa Anda terbuka, jujur, tak ada yang ditutupi. Disisi lain, dengan menatap matanya Anda juga dapat mengetahui apakah pasangan jujur, mengatakan apa adanya dan tak menutupi sesuatu apapun.


5. *_Kaidah: I'm responsible for my communication results_*

Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si pemberi pesan.

Jika si penerima pesan tidak paham atau salah memahami, jangan salahkan ia, cari cara yang lain dan gunakan bahasa yang dipahaminya.

Perhatikan senantiasa responnya dari waktu ke waktu agar Anda dapat segera mengubah strategi dan cara komunikasi bilamana diperlukan. Keterlambatan memahami respon dapat berakibat timbulnya rasa jengkel pada salah satu pihak atau bahkan keduanya.



 *_KOMUNIKASI DENGAN ANAK_*


Anak –anak itu memiliki gaya komunikasi yang unik.


*Mungkin mereka tidak memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah meng copy*


Sehingga gaya komunikasi anak-anak kita itu bisa menjadi cerminan gaya komunikasi orangtuanya.


Maka kitalah yang harus belajar gaya komunikasi yang produktif dan efektif. Bukan kita yang memaksa anak-anak untuk memahami gaya komunikasi orangtuanya.


Kita pernah menjadi anak-anak, tetapi anak-anak belum pernah menjadi orangtua, sehingga sudah sangat wajar kalau kita yang harus memahami mereka.


Bagaimana Caranya ?

a. *_Keep Information Short & Simple (KISS)_*

Gunakan kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk

⛔Kalimat tidak produktif :

“Nak, tolong setelah mandi handuknya langsung dijemur kemudian taruh baju kotor di mesin cuci ya, sisirlah rambutmu, dan jangan lupa rapikan tempat tidurmu.


✅Kalimat Produktif :

“Nak, setelah mandi handuknya langsung dijemur ya”  (biarkan aktivitas ini selesai dilakukan anak, baru anda berikan informasi yang lain)


b. *_Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah_*

Masih ingat dengan rumus 7-38-55 ? selama ini kita sering menggunakan suara saja ketika berbicara ke anak, yang ternyata hanya 7% mempengaruhi keberhasilan komunikasi kita ke anak. 38% dipengaruhi intonasi suara dan 55% dipengaruhi bahasa tubuh


⛔Kalimat tidak produktif:

“Ambilkan buku itu !” ( tanpa senyum, tanpa menatap wajahnya)


✅Kalimat Produktif :

“Nak, tolong ambilkan buku itu ya” (suara lembut , tersenyum, menatap wajahnya)


Hasil perintah pada poin 1 dengan 2 akan berbeda. Pada poin 1, anak akan mengambilkan buku dengan cemberut. Sedangkan poin 2, anak akan mengambilkan buku senang hati.


c. *_Katakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan_*

⛔Kalimat tidak produktif :

“Nak, Ibu tidak ingin kamu ngegame terus sampai lupa sholat, lupa belajar !”


✅Kalimat produktif :

“Nak, Ibu ingin kamu sholat tepat waktu dan rajin belajar”



d. *_Fokus ke depan, bukan masa lalu_*

⛔Kalimat tidak produktif :

“Nilai matematikamu jelek sekali,Cuma dapat 6! Itu kan gara-gara kamu ngegame terus,sampai lupa waktu,lupa belajar, lupa PR. Ibu juga bilang apa. Makanya nurut sama Ibu biar nilai tidak jeblok. Kamu sih nggak mau belajar sungguh-sungguh, Ibu jengkel!”


✅Kalimat produktif :

“Ibu lihat nilai rapotmu, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ada yang bisa ibu bantu? Sehingga kamu bisa mengubah strategi belajar menjadi lebih baik lagi”



e. *_Ganti kata ‘TIDAK BISA” menjadi “BISA”_*

Otak kita akan bekerja sesuai kosa kata. Jika kita mengatakan “tidak bisa” maka otak akan bekerja mengumpulkan data-data pendukung faktor ketidakbisaan tersebut. Setelah semua data faktor penyebab ketidakbisaan kita terkumpul, maka kita malas mengerjakan hal tersebut yang pada akhirnya menyebabkan ketidakbisaan sesungguhnya. Begitu pula dengan kata “BISA” akan membukakan jalan otak untuk mencari faktor-faktor penyebab bisa tersebut, pada akhirnya kita BISA menjalankannya.



f. *_Fokus pada solusi bukan pada masalah_*

⛔Kalimat tidak produktif :

“Kamu itu memang tidak pernah hati-hati, sudah berulangkali ibu ingatkan, kembalikan mainan pada tempatnya, tidak juga dikembalikan, sekarang hilang lagi kan, rasain sendiri!”


✅Kalimat produktif:

“ Ibu sudah ingatkan cara mengembalikan mainan pada tempatnya, sekarang kita belajar memasukkan setiap kategori mainan dalam satu tempat. Kamu boleh ambil mainan di kotak lain, dengan syarat masukkan mainan sebelumnya pada kotaknya terlebih dahulu”.



g. *_Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan_*

Berikanlah pujian dan kritikan dengan menyebutkan perbuatan/sikap apa saja yang perlu dipuji dan yang perlu dikritik. Bukan hanya sekedar memberikan kata pujian dan asal kritik saja. Sehingga kita mengkritik sikap/perbuatannya bukan mengkritik pribadi anak tersebut.


⛔Pujian/Kritikan tidak produktif:

“Waah anak hebat, keren banget sih”


“Aduuh, nyebelin banget sih kamu”


✅Pujian/Kritikan produktif:

“Mas, caramu menyambut tamu Bapak/Ibu tadi pagi keren banget, sangat beradab, terima kasih ya nak”


“Kak, bahasa tubuhmu saat kita berbincang-bincang dengan tamu Bapak/Ibu tadi sungguh sangat mengganggu, bisakah kamu perbaiki lagi?”



h. *_Gantilah nasihat menjadi refleksi pengalaman_*

⛔Kalimat Tidak Produktif:

“Makanya jadi anak jangan malas, malam saat mau tidur, siapkan apa yang harus kamu bawa, sehingga pagi tinggal berangkat”


✅Kalimat Produktif:

“Ibu dulu pernah merasakan tertinggal barang yang sangat penting seperti kamu saat ini, rasanya sedih dan kecewa banget, makanya ibu selalu mempersiapkan segala sesuatunya di malam hari menjelang tidur.



I. *_Gantilah kalimat interogasi dengan pernyataan observasi_*

⛔Kalimat tidak produktif :

“Belajar apa hari ini di sekolah? Main apa saja tadi di sekolah?


✅Kalimat produktif :

“Ibu lihat matamu berbinar sekali hari ini,sepertinya  bahagia sekali di sekolah,  boleh berbagi kebahagiaan dengan ibu?”



j. *_Ganti kalimat yang Menolak/Mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati_*

⛔Kalimat tidak produktif :

"Masa sih cuma jalan segitu aja capek?"


✅kalimat produktif :

“kakak capek ya? Apa yang paling membuatmu lelah dari perjalanan kita hari ini?”



k. *_Ganti perintah dengan pilihan_*

⛔kalimat tidak produktif :

“ Mandi sekarang ya kak!”


✅Kalimat produktif :

“Kak 30 menit  lagi kita akan berangkat, mau melanjutkan main 5 menit lagi,  baru mandi, atau mandi sekarang, kemudian bisa melanjutkan main sampai kita semua siap berangkat



Salam Ibu Profesional,



/Tim Fasilitator Bunda Sayang #3/



Sumber bacaan:

_Albert Mehrabian, Silent Message : Implicit Communication of Emotions and attitudes, e book, paperback,2000_


_Dodik mariyanto, Padepokan Margosari : Komunikasi Pasangan, artikel, 2015_


_Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Komunikasi Produktif, Gaza Media, 2014_


_Hasil wawancara dengan Septi Peni Wulandani tentang pola komunikasi di Padepokan Margosari_